gravatar

Awas Racun Cat di Dalam Rumah!

Khususnya zat formaldehyde, kini menguasai hampir kebanyakan pengisi ruangan rumah. Selain dalam cat, ia juga mendominiasi semua perabotan rumah yang terbuat dari kayu lapis (fiberwood, particleboard, selain plywood). Zat kimiawi ini menguap menjadi emisi yang mencemari ruangan rumah. Bukan satu-dua hari, berbulan-bulan terpapar formaldehyde sudah lama dibuktikan tidak menyehatkan.

Seorang ibu mengeluh, anak sulungnya 8 tahun asmanya kumat terus sejak pindah rumah baru. Dokter yang memeriksa bilang kena debu rumah. Namun, debu sudah disedot semua, asmanya belum hilang juga, malah tambah hebat. Selidik punya selidik, penyebabnya cat rumah. Ada apa dengan cat rumah?

Bukan cuma di Indonesia, di mana-mana di dunia bahaya bahan kimiawi semakin meresahkan manusia. Di negara maju seperti Amerika saja misalnya, banyak korban jatuh lantaran pemakaian bahan kimiawi yang memasuki ruangan rumah semakin beragam. Satu di antaranya zat kimia formaldehyde.

Oleh geliat industri mebel dan perlengkapan rumah, zat yang jika kandungannya melebihi ketentuan ini akan berbahaya bagi manusia tersebut, kini sudah semakin dekat memasuki lingkungan rumah kita. Berbagai bahan kimiawi terbawa oleh bahan cat, lem, resin pelapis, dan pengawet kayu. Selain itu, terdapat dalam aerosol spray, bahan penyegar udara, pembersih rumah tangga, pestisida, serta disinfektan.

Khususnya zat formaldehyde, kini menguasai hampir kebanyakan pengisi ruangan rumah. Selain dalam cat, ia juga mendominiasi semua perabotan rumah yang terbuat dari kayu lapis (fiberwood, particleboard, selain plywood). Zat kimiawi ini menguap, menjadi emisi yang mencemari ruangan rumah. Bukan satu-dua hari, berbulan-bulan terpapar formaldehyde sudah lama dibuktikan tidak menyehatkan.

Jangka panjang risiko kanker

Formaldehyde sangat jahat, bagi orang yang peka terhadap bahan kimia jenis ini. Mereka yang berbakat alergi, tentu rentan terpapar bahan kimiawi yang dekat dengan keseharian manusia. Tak jarang serangan asma atau alergi, mendadak muncul, selain kemungkinan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan.

Mereka yang sepulang belanja dari mal, pasar cita, atau toko mebel, dan pakaian, matanya mendadak pedih, merah, atau hidungnya gatal, atau tenggorokannya terasa tidak enak, kemungkinan disebabkan reaksi alergi tubuhnya muncul oleh kimiawi. Sangat mungkin penyebabnya tak tahan terhadap formaldehyde. Bisa jadi muncul semacam biduran, selain sesak napas.

Lebih dari sekadar iritasi, formaldehyde bikin mual juga selain sakit kepala, lekas letih, dan bukan tak mungkin orang jadi depresi. Dari beberapa studi terungkap, dapat terjadi gangguan koordinasi. Sudah ada bukti pula kalau formaldehyde juga merusak organ hati, ginjal serta otak.

Efek jangka panjang formaldehyde cukup mengerikan. Pada hewan, mencetuskan kanker. Ada studi lain yang mengungkapkan terpapar formaldehyde dengan kandungan 0,1 ppm (part per million) selama 10 tahun menaikkan risiko terkena kanker kerongkongan.

Pada studi lain, ditemukan gangguan haid juga dapat muncul oleh paparan emisi formaldehyde. Tidak jelas mekanisme penyakitnya. Namun, dari pekerja di ruangan dengan kandungan emisi formaldehyde tinggi, gangguan haid banyak terjadi.

Bahan jahat formaldehyde berasal dari urea-formaldehyde (UF) resin. Jenis ini lebih jahat dibanding yang berasal dari phenol-formaldehyde (PF) resin. Oleh karena itu, penting sekali memerhatikan pemilihan jenis formaldehyde untuk perlengkapan rumah. Tidak menyehatkan jika kandungannya melebihi ketentuan (0,1 ppm).

Larangan pemakaian berlebihan

Hati-hati jika Anda memasuki ruangan kantor, gedung, atau rumah sendiri, dan menghirup bau menyengat. Apalagi kalau ruangan baru direnovasi, baru dicat, atau berisi perabotan rumah yang masih baru. Kemungkinan itu berasal dari emisi formaldehyde.

Semakin lama berada di ruangan, emisi formaldehyde semakin berkurang. Paling tidak perlu waktu enam bulanan untuk menghabiskan gas formaldehyde yang mencemari ruangan, sebelum sekian lama mengganggu kesehatan penghuninya. Terlebih bagi anak-anak dan usia lanjut yang lebih rentan menerima efek jeleknya.

Di negara maju, khususnya di Denmark, Swedia, Finlandia, Belanda, Italia, Jerman, dan Kanada, aturan pemakaian formaldehyde sudah jelas dan ketat. Kualitas ruangan rumah (indoor air quality) termasuk terhadap cemaran emisi formaldehyde sudah sangat diperhatikan.

Pemakaian bahan formaldehyde untuk perabotan, pemilihan busa pelapis dinding (insulating foam UF), termasuk bahan yang dipakai untuk karpet, lantai kayu, apakah memakai finishing kimiawi berbahaya, termasuk bila memakai formaldehyde.

Pekerja yang kontak dengan formaldehyde, dibatasi tidak boleh terpapar lebih dari 1,0 ppm dalam 8 jam kerja sehari supaya aman. Di Indonesia, tidak jelas aturan untuk larangan itu. Tidak juga jelas pemakaian formaldehyde jenis UF maupun PF apakah tergolong aman untuk kesehatan.

Oleh karena itu, kita sendiri yang perlu mewaspadainya. Jika suatu bahan cat, pelapis, pengawet kayu, atau bahan finishing apa pun yang sekiranya menimbulkan bau keras menyengat khas formaldehyde, perlu berhati-hati. Kita cemas jika emisinya ternyata berlebihan.

Celakanya, bahan formaldehyde umumnya digunakan oleh perabotan, bahan perlengkapan rumah yang secara komersial harganya murah. Kita harus memilih jenis bahan-bahan VOC (volatile organics compunds) yang rendah atau nol supaya aman bagi kesehatan. "Penyakit gedung" orang kantoran, antara lain juga sebab formaldehyde (building sickness syndrome).

Jika sudah telanjur membeli perabotan, perlengkapan rumah, atau apa pun, yang diduga tinggi emisi formaldehyde-nya bagi ruangan, kita perlu melakukan sesuatu. Misalnya, melakukan cat ulang perabotan dengan cat yang lebih aman, misalnya.

Semakin bahaya paparan bahan formaldehyde bagi mereka yang lebih lama berada di dalam rumah. Rata-rata orang Amerika 90 persen waktunya dihabiskan di ruangan atau dalam rumah (indoor). Kondisi indoor orang modern sekarang ini, sering lebih polutif dibanding kondisi di luar ruangan (outdoor). Ini merupakan ancaman bagi anak-anak dan usia lanjut yang lebih banyak di rumah. Jika mereka peka terhadap paparan emisi formaldehyde, keluhannya mungkin akan seperti kasus ibu di atas.

Jangan-jangan hanya gara-gara formaldehyde ini saja, sebagian kesehatan kita, tanpa kita sadari sudah dirusaknya. Apalagi kalau itu terjadi berulang dan untuk waktu yang lama dan terus-menerus. Barangkali ini juga bukti lain kenapa sekarang semakin banyak orang terkena kanker. (Handrawan Nadesul/ dokter, pengasuh rubrik kesehatan/ penulis buku)***